Halaman

Kamis, 18 Juli 2013

Nama: Ami Priani

Tempat, tanggal lahir: 11 Januari 1996

Alamat: Perumahan Bukit Cemara Tujuh, B9

NIM: 201310100311032

Fakultas: FKIP

Jurusan: Pendidikan Bahasa Inggris

Jas Merah Kampus Putih

This is the red jacket white campus, this is my pride

Rabu, 17 Juli 2013

My Pride


Muhammadiyah University of Malang - Tugas PATI




This is my campus. I am so proud and happy being a part of this university. Well, it’s not easy for me to be in this cool university. I want to share my story about my journey  to this university. When my senior came to my school, I didn’t know where they come from until they introduced their university, Muhammadiyah University of Malang (UMM). It wasn’t the first I hear the name, but I didn’t know that the university was one of the most favourite campus in Malang. When they opened the presentation, the first picture was the building of campus, they told us that the building is GKB 1 (Gedung Kuliah Bersama 1). The building was so big and beautiful, the color was white and it made me more interested in that university.


Muhammadiyah University of Malang  consist of campus I, II, and III. Muhammadiyah University of Malang has more than 40 hectares area. Campus I is located in Bandung street number 1, this as a forerunner to the establishment of UMM, now concentrated for postgraduate program (S-2 and S-3) and Kursus Bahasa Asing (KBA). Campus II in Bendungan Sutami street, used for medical school and health sciences faculty (pharmaceutical, D-3 program and S-1 nursing)  and campus III is located in Tlogomas street number 246, Malang. Campus III as the biggest and it’s a center of the campus, in addition to the courses held on campus I and II, held on the campus III. The first thing I know how to be a student in this university is we have to register as a prospective participant. I got in online selection, without following the written test. On May 4th, I was accepted as one of a student in UMM. I was so happy and shocked at that time.Fortunatelly, my classmate, Selvi and Nayah were also passed the online selection. We met at school and screamed out together happily, we were hugged each other, we were almost about to cried because of happiness. I couldn’twait t see how big and beautiful the university was. We went from South Borneo on Sunday. On Monday, I had to go to the PMB office to pay the registration. It shocked me that the distance between the main gate to the office was too far. The three of us got tired when we arrived at the office, but when we got inside the campus, all of the pain that we feel suddenly gone because we saw so many pretty places, the trees were so much, and it made me more amazed of the campus. Now, started from July 15th – 20th, we will learn the computer aplication. On Sunday, July 21 we have to go back to South Borneo. I knew it was such a great met to know the amazing people in Muhammadiyah University of Malang. Up until now, I still can’t believe that I can be here, being a part of this  amazing university. I always thanks to God, and I hope I can study well and be better in here, so I can share my knowledge to other people so it can be useful. And thanks to Muhammadiyah University of Malang for trust me being in your student. That’s the end of my story, thanks for reading.

Serba-serbi IT


Perkembangan IT - Tugas PATI



IT (information technology) atau bisa disebut teknologi informasi adalah teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, pendidikan, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. Teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan teknologi telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global. Sesuai dengan perkembangan zaman, peranan IT dalam kehidupan manusia menjadi sangat penting, bahkan bisa jadi kebutuhan pokok. Kebutuhan setiap manusia berbeda-beda karena keperluannya berbeda pula. Dengan adanya perkembangan teknologi, dunia serasa ada pada genggaman tangan kita.


Kita bisa melakukan banyak hal dengan perkembangan teknologi tersebut. Kita bisa mengetahui kabar teman-teman kita yang berada jauh di belahan bumi lainnya dengan mengirim e-mail (electronic mail), melakukan video call, menggunakan social media (facebook, twitter), dan masih banyak lagi. Banyak dampak positif yang didapat dari perkembangan teknologi, tapi tidak sedikit juga dampak negatif yang mungkin ditimbulkan. Dampak negative tersebut antara lain, banyak terjadi penipuan lewat SMS, pembobolan akun facebook, pembobolan akun twitter, dan masih banyak lagi. Perkembangan teknologi memang tidak bisa dihindari, tetapi penggunaannya bisa diawasi, terutama jika penggunanya adalah anak-anak.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Dampak Yang Ditimbulkan


Perkembangan Ilmu Pengetahuan - Tugas PATI





Ilmu pengetahuan akan terus berkembang dan tidak bisa dibendung seperti pohon yang awalnya hanya memiliki satu batang hingga memiliki cabang dan ranting yang banyak dan akhirnya banyak orang yang menikmati buahnya. Ilmu pengetahuan juga akan terus berkembang seiring dengan dengan perkembangan zaman dan teknologi. Makin banyak ilmu, makin banyak manfaat yang didapat. Perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini tidak langsung secara mendadak, melainkan terjadi secara bertahap, evolutif. Perkembangan tersebut memiliki dampak baik dan buruk. Dampak baiknya adalah bertambahnya ilmu yang kita miliki. Sedangkan dampak buruknya adalah penyalahgunaan ilmu yang didapat, misalnya kita adalah seorang ahli kimia, lalu kita menggunakan ilmu yang kita miliki untuk membuat nuklir yang nyata-nyatanya itu sangat membahayakan manusia. Ilmu yang bermanfaat itu tergantung dari bagaimana cara kita mengamalkan ilmu tersebut. Jika menggunakannya untuk hal yang baik, Insya Allah ilmu tersebut akan berberkah untuk hidup kita, tetapi jika kita menggunakannya untuk hal yang buruk, Allah akan membalas orang tersebut dengan azabnya. Karena ilmu adalah cahaya dan amanah hidup kita. Jadi, gunakanlah waktumu dengan sebaik mungkin, karena ilmu juga bisa menjadi penolong kita suatu hari nanti.

Who am I?

Nama     : Ami Priani
    Alamat   : Perumahan Bukit Cemara Tujuh, Blok B9
    Asal       : Banjarbaru, Kalimantan Selatan
    Jurusan  : FKIP Bahasa Inggris







Minggu, 04 Desember 2011

R.A. Kartini dan Ki Hajar Dewantara, Dua Tokoh Pendidikan Indonesia

R.A Kartini
Kalau kita teliti, jejak perjuangan Kartini adalah perjuangan agar perempuan Indonesia bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Bukan perjuangan untuk emansipasi di segala bidang. Kartini menyadari, perempuan memiliki peran penting dalam kehidupan. Agar dapat menjalankan perannya dengan baik, perempuan harus mendapat pendidikan yang baik pula.
Dalam sebuah suratnya, kepada Prof. Anton dan Nyonya pada 4 Oktober 1902 Kartini menulis, ‘Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama”.
Atas kesadaran tersebut, Kartini berniat melanjutkan sekolah ke Belanda, Aku mau meneruskan pendidikanku ke Holland, karena Holland akan menyiapkan aku lebih baik untuk tugas besar yang telah kupilih” (Surat Kartini kepada Ny. Ovink Soer, 1900). Waktu itu, Kartini beranggapan bahwa Eropa adalah tempat peradaban tertinggi dan paling sempurna di muka bumi. Namun, rencana itu tak pernah berhasil. Kartini hanya mendapat kesempatan menempuh sekolah guru di Betawi. Kesempatann ini pun batal dijalaninya karena dia harus menikah dengan R.M.A.A. Singgih Djojo Adhiningrat.
Walaupun awalnya banyak menentang adat Jawa yang kaku dan kebiasaan bangsawannya berpoligami, Kartini menerima pernikahan tersebut. Ada sebuah kesadaran di benaknya, dengan menikah dia akan berkesempatan untuk mendirikan sekolah bagi perempuan bumiputra. Alasan ini masuk akal karena suaminya adalah seorang bupati yang berkuasa dan mengizinkan bahkan mendukungnya untuk mendirikan sekolah. Keputusan yang luar biasa dari seorang pahlawan sejati.
Pada hari pernikahannya, seorang ustad dari Semarang, Haji Mohammad Sholeh bin Umar, menghadiahkan beberapa juz al-Quran berbahasa Jawa. Kegelisahan Kartini terhadap agama Islam pun terjawab. Sebelumnya, dalam kehidupan sehari-harinya Kartini hanya diajarkan membaca al-Quran tanpa diizinkan untuk mengetahui artinya.
Setelah mempelajari al-Quran, pandangan Kartini terhadap beberapa hal pun berubah. Di antaranya, pandangannya terhadap peradaban Eropa, “…, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna? Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai peradaban?” (Surat Kartini kepada Ny. Abendanon, 27 Oktober 1902). Pandangan Kartini terhadap poligami pun berganti, jika awalnya menentang, setelah mengenal ajaran Islam dia menerimanya.
Sayangnya, Haji Mohammad Sholeh meninggal sebelum sempat menyelesaikan seluruh terjemahan al-Quran untuk Kartini. Kartini pun hanya mempelajari beberapa jus terjemahan tersebut. Jika saja dia sempat mempelajari keseluruhan Al Quran, tidak mustahil ia akan menerapkan semua kandungannya. Kartini berani berbeda dengan tradisi adatnya yang mapan, dia juga memiliki ketaatan yang tinggi terhadap ajaran Islam. Bukunya yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terangmina dulumati ila nuur. Kartini menyadari bahwa sumber pendidikan terbaik justru ada di dekatnya, yaitu Al-Quran, bukan di Eropa. pun terinspirasi dari Surat Al-Baqarah ayat 193:
13 Septembar 1904, Kartini meninggal pada usia yang masih muda, 25 tahun dan dimakamkan di Rembang. Untuk menghormatinya, Van Deventer, seorang tokoh politik Etis, mendirikan Yayasan Kartini (1912). Yayasan tersebut bertugas mengelola “Sekolah Kartini” yang didirikan di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, dan daerah lainnya.




Ki Hajar Dewantara
Tokoh ini sangat identik dengan pendidikan di Indonesia. Dia dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Hari lahirnya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya pun dipakai oleh Departemen Pendidikan RI sebagai jargon, yaitu tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sungtulada (di belakang memberi dorongan, di tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa, di depan memberi teladan).
Ki Hajar Dewantara dilahirkan di Yogyakarta (2 Mei 1889) dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Semasa kecilnya, RM Soewardi Soeryaningrat sekolah di ELS (SD Belanda). Kemudian, ia melanjutkan ke STOVIA (sekolah dokter bumiputra), namun tidak tamat. Setelah itu, dia bekerja sebagai wartawan di Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Tulisan-tulisannya sangat tajam dan patriotik sehingga membangkitkan semangat antipenjajahan.
Selain menjadi wartawan, RM Soerwardi Soeryaningrat juga aktif di organisasi sosial dan politik. Tahun 1908 ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo. Kemudian, bersama Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (25 Desember 1912) yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Namun partai ini ditolak oleh pemerintah Belanda.
Kemudian, ia dan kawan-kawannya membentuk Komite Bumipoetra (1913) untuk melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis. Untuk membiayai pesta tersebut Pemerintah Belanda menarik uang dari rakyat jajahannya. RM Soewardi Soeryaningrat mengkritik lewat tulisannya “Als Ik Eens Nederlander Was” (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan “Een voor Allen maar Ook Allen voor Een” (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga).
Akibat tulisannya itu, RM Soerwardi Soeryaningrat dijatuhi hukuman buang ke Pulau Bangka oleh Gubernur Jenderal Idenburg tanpa proses pengadilan. Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo yang merasa rekan seperjuangan diperlakukan tidak adil menerbitkan tulisan untuk membela Soewardi. Belanda menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk memberontak pada pemerinah kolonial. Akibatnya, keduanya pun terkena hukuman buang, Douwes Dekker ke Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo ke Banda.
Hukuman itu ditolak, mereka meminta untuk dibuang ke Negeri Belanda agar bisa belajar. Keinginan tersebut diterima dan mereka diizinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman. Selama di negara kincir angin tersebut, Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil memperoleh Europeesche Akte dan kembali ke tanah air pada 1918.
Sekembalinya ke tanah air, bersama rekan-rekannya, RM Soewardi Soeryaningrat mendirikan Perguruan Nasional Tamansiswa (3 Juli 1922). Perguruan ini mendidik para siswanya untuk memiliki nasionalisme sehingga mau berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Demi memuluskan langkahnya-langkahnya, RM Soewardi Soeryaningrat pun berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara. Sebagai seorang bangsawan yang berasal dari lingkungan Kraton Yogyakarta dan dengan gelar RM di depan namanya, dia kurang leluasa bergerak.
Aktivitas Tamansiswa pun ditentang oleh Pemerintah Belanda melalui Ordonasi Sekolah Liar pada 1932. Dengan gigih RM Soewardi Soeryaningrat pun berjuang hingga ordonansi itu dicabut. Sambil mengelola Tamansiswa, RM Soewardi Soeryaningrat tetap rajin menulis. Namun bukan lagi soal politik, melainkan soal pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.
Tahun 1943, ketika Jepang menduduki Indonesia, Ki Hajar Dewantara bergabung ke Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Di organisasi tersebut, dia menjadi salah seorang pimpinan bersama Soekarno, Muhammad Hatta, dan K.H. Mas Mansur. Setelah Indonesia merdeka, ia pun dipercaya menjabat Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan yang pertama. Berbagai aktivitasnya dalam memperjuangkan pendidikan di tanah air sebelum hingga Indonesia merdeka tersebut, membuatnya dianugerahui gelar doktor kehormatan oleh Universitas Gadjah Mada (1957).
Ki Hajar Dewantara meninggal pada 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di Kampung Celeban (Yogyakarta). Kemudian, atas jasa-jasanya, pendiri Tamansiswa itu ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional. Ki Hajar Dewantara pun mendapat gelar Bapak Pendidikan Nasional dan tanggal kelahirannya, 02 Mei, ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Itulah dia, R.A. Kartini dan Ki Hajar Dewantara. Bangsa ini perlu mewarisi semangat mereka dalam memajukan manusia Indonesia dengan sepenuh hati dan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan jenis kelamin.***